Perjuangan Bangsa Indonesia Menuju Kemerdekaan

Posted by


[ Dosen Pengajar : Drs. H. Fadhli Kamil, S.Pd ]
[ Disusun Oleh : M. Husnul Ma’arif (A1E310010), Riza Aszhari (A1E310217), Supiyanto (A1E310218), Disna Ariyanti (A1E310236), Dwi Alfiah (A1E310251) ]




Perjuangan Bangsa Indonesia Menuju Kemerdekaan (Perjuangan Sebelum 1908 dan Sesudahnya Hingga Mencapai Kemerdekaan)

·         Penjajahan di Indonesia dan Akibatnya
Sedikitnya ada dua faktor yang mengakibatkan penduduk Nusantara ini dijajah oleh bangsa Barat, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kondisi politik, ekonomi, social, dan budaya sehingga bangsa lain dapat masuk dan menguasai serta memonopoli perdagangan sedangkan faktor eksternal adalah kondisi yang terjadi di negara-negara penjajah khususnya di Eropa sehingga mereka melakukan ekspedisi dan ekspansi ke seluruh dunia hingga sampai di wilayah Indonesia. Sebenarnya ada sejumlah faktor yang menyebabkan bangsa Barat atau Eropa datang ke wilayah nusantara atau Indonesia.

Pertama, berkembangnya kepercayaan yang dilahirkan dari ajaran Copernicus bahwa dunia ini bulat. Dengan kondisi bumi yang bulat ini memungkinkan bahwa orang yang melakukan pelayaran, maka pada akhirnya ia akan kembali ketempat semula.

Kedua, adanya masa renaissance di Eropa yang ditandai oleh munculnya kebebasan bagi setiap orang untuk berkreasi bagaikan lahirnya kembali jiwa yang bebas dari segala macam kekangan yang membelenggu kehidupan mereka.

Ketiga, munculnya Islam sebagai kekuatan baru di Timur Tengah, Afrika Utara yang berhasil menguasai jalur perdagangan atau pintu yang menghubungkan antara dunia Timur dan Barat.

Keempat, Penjelajahan mereka ke Timur dilandasi oleh semangat Reconquesta, yakni perang salib dengan tujuan untuk menaklukkan orang-orang yang dulu pernah mengalahkan mereka yaitu orang-orang Islam.

Kelima, adanya Perjanjian Tordessilas yang ditandatangani 7 Juni 1494. Perjanjian ini lahir dilatarbelakangi oleh keputusan Paus Alexander VI di Roma yang memberikan kesempatan kepada Spanyol dan Portugis untuk memperluas kekuasaan melalui keputusan yang disebut Bull of Demarcation.
Bangsa Asing menjajah Indonesia tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor eksternal melainkan karena faktor internal sebagai berikut:
Pertama, terjadinya kontak hubungan perdagangan antara penduduk pribumi dan orang asing.
Kedua, penduduk nusantara termasuk Indonesia adalah penghasil rempah-rempah yang sangat diperlukan oleh orang-orang Barat.
Ketiga, kondisi penduduk nusantara masih merupakan kerajaan-kerajaan kecil yang sangat rentan dengan persaingan dan diantara mereka terjadi ambisi untuk saling menaklukan.

Penjajahan bangsa-bangsa asing terhadap penduduk yang ada di wilayah nusantara, khususnya Indonesia, telah berpengaruh besar terhadap kehidupan bangsa Indonesia baik dimasa kini dan mungkin dimasa yang akan datang dalam berbagai kehidupan. Secara umum, akibat penjajahan itu berdampak pada aspek ekonomi, politik, ideologi dan sosial budaya.
Dalam bidang ekonomi, pejajahan telah mengakibatkan tatanan ekonomi yang telah berjalan baik, khusunya sistem yang telah disepakati oleh pihak penguasa dan rakyat menjadi hancur. Kondisi perekonomian penduduk nusantara sangat parah pada masa penjajahan terutama sejak diberlakukannya Sistem Tanam Paksa oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Dalam bidang politik dan ideologi, pemerintah Hindia Belanda menerapkan aturan yang keras terhadap para aktivis atau kaum pejuang yang berjuang melalui partai politik. Ada upaya-upaya pembatasan ruang gerak bagi kaum aktivis-pejuang agar perjuangan kaum pribumi tidak berkembang, sehingga dapat membahayakan pemerintah jajahan.
Dalam bidang sosial budaya, akibat penjajahan ditandai oleh semakin melemahnya kekuasaan feodal atau raja-raja dan bangsawan. Kelompok raja-raja dan bangsawan telah kehilangan fungsinya sebagai pemimpin dan penggerak perlawanan. Perjuangan dilanjutkan melalui jalur keagamaan karena melalui perjuangan yang dilandasi oleh keimanan terhadap ajaran agama (Islam) inilah maka perjuangan mereka tidak akan sia-sia.
Ditengah perjuangan untuk mencapai kemerdekaan ini, pemerintahan Hindia Belanda membuat aturan yang secara sosial budaya sangat merugikan bagi kaum pribumi. Pemerintah Hindia Belanda membagi tiga golongan masyarakat yang berdampak pada pengakuan hak dan kewajiban. Golongan pertama adalah Golongan Eropa termasuk Belanda; golongan kedua adalah kelompok Timur Asing; dan golongan ketiga adalah kaum pribumi.
·         Perjuangan Bangsa Indonesia dan Semangat Kebangsaan Menuju Kemerdekaan

            Perjuangan untuk melepaskan diri dari kungkungan penjajah telah dilakukan diberbagai daerah di Nusantara jauh sebelum abat ke-20. Hanya perjuangan belum bersifat Nasional atau kebangsaan untuk membentuk suatu negara-bangsa (Nation State). Perjuangan dilakukan oleh sejumlah kerajaan untuk mengusir penjajah dari daerah/kerajaan tertentu secara lokal sehingga sering disebut perjuangan kedaerahan/lokal. 


ü  Masa Penjajahan Barat (abad XV-XIX)
Merupakan awal kontak dengan bangsa-bangsa Barat. Kedatangan mereka ke daratan nusantara karena kesuburan Indonesia dengan hasil bumi, mereka berlomba-lomba merebut kemakmuran bumi Indonesia.
Masa penjajahan Belanda menuju ke arah penguasaan terhadap seluruh kehidupan bangsa maupun wilayah nusantara. Masa penjajahan Belanda, dijadikan tonggak sejarah perjuangan bangsa dalam mencapai cita-cita.
Hampir semua orang yang berada di wilayah nusantara ini pernah merasakan bagaimana sakit dan penderitaan selama dalam alam penjajahan. Misalnya, pengalaman penderitaan selama diterapkannya peraturan Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) oleh Van Den Bosch tahun 1828,  Seorang Gubernur Jenderal kepercayaan Ratu Wilhelm I dalam pemerintahan Hindia Belanda.
Di Negeri Belanda sendiri terjadi proses pembangunan besar-besaran hasil keringat rakyat Nusantara yang mengalami proses pembodohan dan kemiskinan. Muncul pula suara-suara yang membela rakyat jajahan diparlemen Belanda terutama partai Liberal yang memenangkan pemilu saat itu. Orang-orang yang menaruh simpatik atas penderitaan rakyat di nusantara itu adalah :

Pertama, Baron Van Houvell, seorang pendeta yang bekerja bertahun-tahun di wilayah nusantara sehingga tahu kondisi rakyat ditanah air saat itu.
Kedua, Eduard Douwes Dekker, terkenal dengan nama samaran Multatuli, bekas Asisten Residen Lebak yang meminta berhenti karena tidak tahan melihat kesengsaraan rakyat Lebak  akibat penjajahan Belanda.

Ketiga, Mr. Van Deventer, yang gigih membela kepentingan rakyat Indonesia dan berpendapat bahwa Belanda mempunyai Hutang Budi kepada rakyat Indonesia. Hutang budi ini harus dibayar oleh Belanda dan Ia mengusulkan agar Belanda menerapkan Etisce Politic, ialah politik balas budi yang terdiri atas tiga program :  Edukasi, Transmigrasi dan Irigasi.

Pemerintah Belanda akhirnya mau menjalankan politik balas budi ini, terbukti dibangunnya sekolahan-sekolahan, rumah sakit, irigasi namun ternyata bukan untuk kepentingan rakyat Indonesia melainkan hanya untuk kepentingan Belanda sendiri.

Efek samping dari upaya Belanda dalam menjalankan politik balas budi ini bagi bangsa Indonesia todak dapat diingkari. Terbukti setelah adanya politik balas budi, ada rakyat Indonesia yang mulai sadar atas nasibnya dimana banyak kepincangan sosial, kebodohan dan kemiskinan yang merajalela. Mereka yang mengenyam pendidikan dan sadar akan nasib bangsanya inilah yang selanjutnya menjadi tokoh-tokoh pergerakan dan kebangkitan Nasional.


ü  Masa Kebangkitan Nasional
Merupakan awal tonggak kebangkitan bangsa yang telah sekian lamanya  terbenam dalam penjajahan. Perlawanan secara fisik yang tidak ada koordinasi, mendorong pemimpin Indonesia untuk merubah perlawaan yaitu dengan menyadarkan bangsa Indonesia akan pentingnya bernegara.
Sejak inilah muncul kesadaran berbangsa dan bernegara bagi rakyat Nusantara yang sama-sama ada dalam penjajahan. A.K. Pringgodigdo (1991) membagi masa perjuangan kebangsaan di Indonesia atas lima dimensi, yakni : (1) Pergerakan Politik; (2) Pergerakan Serekat Kerja; (3) Pergerakan Keagamaan; (4) Pergerakan Wanita; (5) Pergerakan Pemuda. Lima dimensi pergerakan pada masa penjajahan Belanda ini dibagi lagi menurut kurun waktu sebagai berikut :
Ø  1. Masa 1908-1920
Ø  2. Masa 1920-1930
Ø  3. Masa 1930-1942
Ada tiga jenis pergerakan politik pada masa 1908-1920, ialah :
·         Organisasi-organisasi Indonesia yang terdiri atas Budi Utomo, Sarekat Islam, perkumpulan-perkumpulan berdasarkan kedaerahan.
·         Perkumpulan campuran, yakni bangsa Indonesia dan bukan bangsa Indonesia, seperti Insuiinde, National Indische Partij, De Indische Partij-Douwes Dekker, Indische Sociaal democratische Verreenining-Sneevliet, Indische Sociaal Democratische Partij.
·         Perkumpulan campuran yang bertujuan Indonesia tetap dalam ikatan dengan negeri Belanda.
Pergerakan politik pada masa 1920-1930 untuk organisasi Indonesia meliputi Partai Komunis Indonesia, Sarekat Islam, Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia, Studieclub-studieclub , Partai Nasional Indonesia, perkumpulan yang berdasarkan kedaerahan, dan golongan berdasarkan keagamaan. Sedangkan pergerakan politik pada masa 1930-1942 meliputi Pendidikan Nasional Indonesia, Partai Indonesia, Gerindo, Partai Persatuan Indonesia, Budi Utomo, Partai Rakyat Indonesia, Persatuan Bangsa Indonesia, Partai Indonesia Raya, PSII, Parii, Penyedar, PII dan PSII ke-2, perkumpulan berdasarkan kedaerahan, golongan berdasarkan keagamaan, GAPI dan Majelis Rakyat Indonesia.
Budi Oetomo, merupakan organisasi pertama di Indonesia yang berbentuk modern, yaitu organisasi dengan pengurus yang tetap. Budi Oetomo di didirikan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908 yang dilatarbelakangi oleh propaganda dr. Wahidin  Sudirohusodo untuk memajukan bangsa Indonesia dibidang pengajaran yang pada saat ini kondisinya sangat terbelakang bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.
Sarekat Islam, didirikan di Solo tahun 1911 oleh Haji Simanhudi. Lahirnya Sarekat Islam lebih banyak dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.    Perdagangan bangsa Tionghoa yang telah banyak menghambat perdagangan Indonesia, seperti monopoli bahan-bahan batik dan tingkah laku orang-orang sombongs esudah terjadinya revolusi di Tiongkok.
2.    Semakin meningkatnya penyebaran agama kristen di tanah air dan adanya ucapan penghinaan parlemen Belanda tentang tipisnya kepercayaan beragama orang Indonesia.
3.    Cara adat istiadat lama yang terus dipakai di daerah-daerah kerajaan yang makin lama makin dirasakan sebagai penghinaan.
Sementara itu National Indische Partij (NIP) dan ISDV yang berdasarkan sosialisme kiri yang tidak banyak mendapatkan anggota mulai melihat keberhasilan Sarekat Islam sebagai organisasi rakyat dan berusaha mendapatkan pengaruh dalam Sarekat Islam (SI).
Selain organisasi yang bersifat Nasional, pada dekade tersebut muncul pula organisasi/perkumpulan yang berdasarkan kedaerahan, seperti Pasundan, Serikat Sumatera, perkumpulan orang-orang Ambon dan perkumpulan orang-orang Minahasa.
Pada periode tahun 1920-1930 ditandai oleh berdirinya berbagai organisasi yang bersifat kedaerahan dan organisasi yang cukup besar pengaruhnya dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, ialah Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI berasaskan menolong diri sendiri (selfhelp), non-kooperatifdan marhaenisme yang bertujuan :
Bidang Politik, memajukan penghidupan yang merdeka, memperkuat rasa kebangsaan dan rasa kesadaran atas persatuan bangsa Indonesia, khususnya dan memperkokoh perhubungan bangsa-bangsa Asia.
Bidang Ekonomi,  memajukan penghidupan yang merdeka, memajukan perdagangan kebangsaan, kerajinan, bank-bank dan koperasi.
Bidang Sosial, memajukan pengajaran yang bersifat kebangsaan, memperbaiki kedudukan wanita,memerangi pengangguran, usaha-usaha transmigrasi, menyokong serikat-serikat sekerja, memajukan kesehatan rakyat dan membasmi pemadat dan peminum.
Pada tahun 1920-an ini, adalagi peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju suatu negara kesatuan adalah munculnya berbagai organisasi pemuda dari berbagai wilayah di nusantara yang menyatakan keinginan untuk bersatu sebagai suatu bangsa. Gerakan pemuda ini diawali dengan berdirinya Jong Java yang disebut juga Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia).
Upaya kelompok pemuda yang dirintis sejak lama itu mencetuskan cita-citanya dalam suatu kongres pemuda II di Jakarta pada tanggal 26-28 oktober 1928.
Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru). Sejak tahun 1932 organisasi ini dipimpin oleh Moh. Hatta, bertujuan melepaskan diri dari penjajahan untuk mencapai kemerdekaan dan menjunjung tinggi sikap non-koperasi dengan pihak Pemerintah Belanda.
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindro). Didirikan di Jakarta tahun 1937 oleh mantan anggota Partindo, sehingga tujuannya sama dengan Partindo. Perbedaanya Gerindro menjunjung asas kooperasi, ialah mau bekerja sama dengan pihak Hindia Belanda.
Partai Persatuan Indonesia (Partindo). Organisasi ini dipimpin oleh Mr. Sartono dan pada hakekatnyamerupakan kelanjutan dari PNI lama sehingga tujuannya pun sama ialah Indonesia Merdeka. Secara spesifik, tujuannya (1) perluasan hak-hak politik dan perteguhan keinginan menuju suatu pemerintahan rakyat berdasarkan demokrasi; (2) perbaikan hubungan komunikasi dalam masyarakat; dan (3) perbaikan ekonomi rakyat.
Organisasi politik lainnya yang tumbuh sejak tahun 1930-an hingga menjelang kemerdekaan yang mempunyai tujuan untuk mencapai kemerdekaan antara lain Partai Rakyat Indonesia (PRI), Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), Partai Indonesia Raya (Parindra), PSSI, Partai Islam Indonesia (Parii), Penyedar, dll.
Dari serangkaian perjuangan bangsa melalui berbagai sarana organisasi kemasyarakatan dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya bangsa Indonesia pada saat itu telah mulai sadar akan nasibnya yang sedang dijajah sehingga kondisinya miskin, bodoh dan tidak ada kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri. Karena itulah, muncul berbagai gerakan yang mengarah pada upaya untuk mempersatukan diri melawan penjajahan dengan berbagai taktik perjuangan yang dilandasi oleh semangat persatuan dan nasionalisme yang kuat.

ü  Masa Berakhirnya Kolonialisme Asing (1942-1945)
Jepang masuk ke Indonesia menghalau Belanda, merupakan awal Jepang di Indonesia. Melihat kenyataan yang tidak menguntungkan, Jepang mengubah haluan politik dengan mempropagandakan bahwa kehadirannya di Indonesia untuk membebaskan Indonesia dari cengkraman penjajah. Tetapi itu hanya tipuan agar rakyat Indonesia membantu Jepang.
Kenyataan yang dialami bangsa Indonesia, Jepang sesungguhnya tidak kurang kejam dari pada penjajah Belanda, dimana bangsa Indonesia mengalami penderitaan yang mengakibatkan kekecewaan rakyat Indonesia atas perlakuan Jepang, sehingga menimbulkan perlawanan.
Jepang mengetahui keinginan bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan. Jepang menjanjikan akan memberikan kemerdekaan di kemudian hari, apabila perang telah selesai. Untuk mewujudkan janji tersebut, tanggal 29 April 1945 Jepang membolehkan rakyat Indonesia membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI), dan dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, yang
kemudian memulai sidang pertama untuk merumuskan konsep dasar Negara
yaitu Pancasila. Janji kedua diumumkan lagi, berupa “kemerdekaan tanpa syarat”. Tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kalah pada sekutu, saat itu terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia.
Menanggapi situasi ini, bangsa Indonesia mempersiapkan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, yang dikumandangkan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia adalah jembatan emas, sehingga mempunyai makna yang sangat penting bagi bangsa dan negara Indonesia. Menurut Surjumiharjo (1989), gerakan ini merupakan peristiwa yang serempak di berbagai belahan bumi , khususnya di Asia dan Afrika.
             
DAFTAR PUSTAKA

Sapriya, dkk. 2007. KONSEP DASAR IPS. Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.



Blog, Updated at: 18:54

0 comments:

Post a Comment

INGAT!! Komentar anda akan dilihat banyak orang, maka dari itu berikanlah komentar terbaik anda